menjadi seorang mahasiswa merupakan sebuah "anugrah" . kenapa saya berkata demikian ? statement ini saya keluarkan bukan sekedar omong kosong atau sebuah retorika tanpa makna. dewasa ini ada sekitar 49.5 persen masyarakat indonesia "hanya" berpendidikan dasar. dan hanya 8 persen dari total msyarakat indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi. tentu permasalahan ini tidak bersingungan soal mau atau tidak mau.. namun lebih pada mampu atau tidak mampu. mampu dalam kontek inipun (saya pribadi) mengangap lebih condong ke faktor finansial ketimbang kemampuan akademis. dari angka-angka diatas, sadarkah kita bahwa kita hanya sebagian kecil dari massyarakat indonesia yang mampu menikmati pendidikan tinggi?. terus sebenarnya apa yang sudah kita lakukan sekarang dengan segala anugrah yang sudah kita miliki ini?.
saya pribadi masih merasa bahawa saya masih telalu pasif dan menyepelekan anugrah ini. keungulan kopetensi dan kesempatan lebih yang diberikan kepada saya masih belum bisa saya optimalkan, meskipun tentu saja saya masih dalam proses untuk mencapainya. kesempatan mengenyam pendidikan tinggi mungkin menjaadi sesuatu yang tidak terjamah bagi sebagian besar masyarakat indonesia. kesempatan menikmati sebuah proses pembentukan pola pikir yang sistematis ini mungkin hanya menjadi sebuah angan angan bagi anak-anak yang saat ini berada di ujung atambua ataupun mereka yang hidup di hulu sungai kapuas. "kita" sebagai seseorang yang memiliki "porsi pendidikan" lebih ini semestinya memanfaatkan kondisi (yang luar biasa beruntung) ini sebaik munkin dan semaksimal mungkin. namun apa yang sebenernya kita lakukan saat ini? sering kali datang terlambat ke kelas (ini sampai saat ini terus terang masih menjadi problem saya), tidak memperhatikan perkuliahan, berbincang, atau meenghibur diri dengan gadget yang kita miliki padahal diluar sana banyak yang menginginkan konsisi kita saat ini. selain itu sadarkah kita bahwa apa yang kita bayarkan sebagai eductional payment setiap bulan/semster/tahun hanya mencakup 15-20 persen total biaya pendidikan kita ?. tentu tidak banyak yang tau.. kemudian pertanyaan berikutnya yang muncul adalah darimana 80-85 persen tunggakan biaya pendidikan itu datang?.. ya kawan tunggakan itu secara RUTIN diabyarkan oleh seluruh rakyat indonesia melalui mekanisme supsidi yang dananya bersumber dari pajak nasional. ya tak kurang 13,9 triliun rupiah uang RAKYAT itu disalurkan pemerintah setiap tahunya untuk menyokong waktu dan kesempatan yang anda habiskan di kelas saat proses perkuliahan (antaranews.com). ekspektasi mereka JELAS . mereka (rakyat indonesia) berharap betul kita dapat menjadi teknokrat handal semacam BJ Habibie berikutnya.. berharap kita menjadi negosiator handal semacam sutan sjahrir ... berharap kita mampu menjadi pemikir-pemikir besar berikutnya seperti Albert Einstein, Nicola Tesla, edison ...mereka berharap kita mampu menjadi pemimpin-pemimpin besar seperti Soekarno dan Abraham Lincoln... dan sekarang...sudah sejauh apakah kita dapat memenuhi ekspektasi mereka?
menjadi apapun kita ...itu sebuah pilihan yang tentu saja menjadi hak prerogatif bagi setiap individu... posisi kita sebagai mahasiswa saat ini juga merupakan pilihan yang secara kebetulan bertemu dengan sebuah kesmpatan. oleh karena itu kita mau-tidak-mau harus berjauang semampu kita untuk memenuhi ekspektasi dan harpan seluruh masyarakat indonesia yang "telah secara kolektif" membantu keberadaan kita di bangku perkuliahan seperti saat ini. sudah saatnya kita menjadi pembelajar yang mampu bekerja keras, berpikir cerdas dan tulus ikhlas berjuang memenuhi janji kemerdekaan untuk membawa kesejahtraan hadir di bumi pertiwi.
untuk itu "masih" tidak malukah kita jika amanah itu kita sepelekan dan sia siakan?
Komentar
Posting Komentar