Selamat pagi kabut, selamat pagi udara dingin di bulan september. kalian baik-baik saja kan?. sedikit risau ketika aku tau bahwa kalian terlampau sering muncul hari-hari ini. menyapa kulit yang telah mengigil itu dengan sapuan tipis yang.. hhmmm secara tiba tiba membuatku meringis kedinginan.
selamat pagi kabut selamat pagi udara dingin, kalian masih disitu, bukan (?). aku tau kalian tidak akan (begitu mudah) pergi begitu saja. aku tau kalian akan terus menemaniku meski matahari di ufuk timur perlahan secara simultan menghadirkan kehangatan. kalian begitu pekat, kalian begitu dekat. hidup di lereng gunung membuatku sedikit malas bergerak, rasanya tubuh menjadi engan untuk berhenti mencumbui dingin yang memeluk erat.
oh iya, aku hanya disisimu sementara, tiga hari saja. tak perlulah lama-lama. mungkin sedikit membuatmu kecewa, tapi percayalah setiap kali aku datang aku akan membawakan setumpuk rasa rindu yang aku ikat rapih dihadapanmu. membongkar bungkusan rindu itu dan membakarnya perlahan dalam setiap perjumpaan kita. perlahan saja, ketika kudapatkan setumpuk rindu itu lagi, aku akan datang (kembali) pada kalian.
teruntuk kabut dan dingin. kunjungilah aku sesekali. datanglah di sianghari yang terik dan senja yang agung. setelah itu pergilah kembali. setalah itu kalian boleh pergi untuk hadir kembali di hari berikutnya. aku menunggumu, datang memeluku malu-malu.
hai kabut jangan biarkan aku menjadi orang yang arogan. sapalah aku dengan dingin-mu sesekali. ketika aku menjadi seseorang yang lain, ketika aku bukan lagi menjadi aku. ingatkan, sadarkan dan beri pemahaman.
hai udara dingin, aku sedikit banyak menyukaimu. bukan karena suka yaa.. tetapi aku terlampau sebal dengan gerah. aku menikmati kehadiranmu meskipun terkadang kau datang tidak tau malu. datang bertubi tubi mengintimidasi (saat aku naik gunung misalnya). datanglah padaku sesekali, tak perlu lah setiap hari. datanglah sekedar untuk menenangkan hati, datanglah untuk sekedar menyapaku dan mengingatkanku bahwa aku butu udara segar, bahwa otaku perlu sapuan rindu dari dingin-mu.
selamat pagi kabut selamat pagi udara dingin, kalian masih disitu, bukan (?). aku tau kalian tidak akan (begitu mudah) pergi begitu saja. aku tau kalian akan terus menemaniku meski matahari di ufuk timur perlahan secara simultan menghadirkan kehangatan. kalian begitu pekat, kalian begitu dekat. hidup di lereng gunung membuatku sedikit malas bergerak, rasanya tubuh menjadi engan untuk berhenti mencumbui dingin yang memeluk erat.
oh iya, aku hanya disisimu sementara, tiga hari saja. tak perlulah lama-lama. mungkin sedikit membuatmu kecewa, tapi percayalah setiap kali aku datang aku akan membawakan setumpuk rasa rindu yang aku ikat rapih dihadapanmu. membongkar bungkusan rindu itu dan membakarnya perlahan dalam setiap perjumpaan kita. perlahan saja, ketika kudapatkan setumpuk rindu itu lagi, aku akan datang (kembali) pada kalian.
teruntuk kabut dan dingin. kunjungilah aku sesekali. datanglah di sianghari yang terik dan senja yang agung. setelah itu pergilah kembali. setalah itu kalian boleh pergi untuk hadir kembali di hari berikutnya. aku menunggumu, datang memeluku malu-malu.
hai kabut jangan biarkan aku menjadi orang yang arogan. sapalah aku dengan dingin-mu sesekali. ketika aku menjadi seseorang yang lain, ketika aku bukan lagi menjadi aku. ingatkan, sadarkan dan beri pemahaman.
hai udara dingin, aku sedikit banyak menyukaimu. bukan karena suka yaa.. tetapi aku terlampau sebal dengan gerah. aku menikmati kehadiranmu meskipun terkadang kau datang tidak tau malu. datang bertubi tubi mengintimidasi (saat aku naik gunung misalnya). datanglah padaku sesekali, tak perlu lah setiap hari. datanglah sekedar untuk menenangkan hati, datanglah untuk sekedar menyapaku dan mengingatkanku bahwa aku butu udara segar, bahwa otaku perlu sapuan rindu dari dingin-mu.
(kabut tipis dilembah gunung urngaran, semarang)
Komentar
Posting Komentar