Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

aku benci melihatmu bahagia.

ada sedikit rasa kecewa muncul ketika aku melihatmu bahagia. bukan karena aku tidak ingin melihatmu bahagia. tapi aku terlampau tidak rela jika bukan "aku" yang menghadirkanya untukmu. mungkin aku iri. benar saja. sepertinya keresahan kini dapat dengan serta-merta tertawa. menyapaku diujung beranda, menghadiahi setumpuk ketidak-mampuan-ku. menghitung dan mengulur satu-persatu kesalahan yang pernah kita perdebatkan. aku membecinya, keresahan datang hanya untuk "menertawakan". sedikit kelu saat aku menyadari bahwa kamu disana, mungkin bahagia. berkelakar memperbincangkan masa depan. dengan dia yang yang mungkin baru datang dihupmu sebentar saja (?).  aku mencoba untuk mengembangkan senyum. tetapi mungkinkah aku rela? ah... mungkin ini hanya tetes rindu yang turun terlambat di februari. atau mungkin romansa nostalgia yang tiba-tiba hinggap, sementara. hakikat manusia bukan untuk berkelakar soal seandainya. tapi.. rasanya aku ...

Titik dan Permulaan

kamu adalah bagian dari masa lalu. sebuah titik dimana dulu aku pernah menetap. titik yang dulu aku percayai sebagai akhir. aku pernah merasakan tenang. disana, aku pernah percaya bahwa kata resah-pilu-sendu-kelu hanya cerita yang didongengkan secara hiperbolis oleh pujangga.  masalalu adalah konsekuensi waktu yang terus melaju. sebuah ponstulat yang baku. yang tidak terbantahkan. banyak orang mengambarkan masalalu dengan berlebihan. bercerita hingga berbusa soal "seandainya" seakan mereka tidak rela. karena bagi beberapa orang romansa masa lalu masih lebih mengairahkan daripada masa depan.  sekarang, langkah kakiku dipaksa untuk berpindah. dari titik yang semula definisaikan sebagai akhir ke permulaan. permulaan selalu menyalakan harapan.  tengoklah kebelakang dan ucapkan selamat tinggal. karena aku tahu akhirku dulu ternyata semu. jika rindu, bolehlah kita menyapanya sesekali. tapi ingatlah untuk tidak mudah berhenti. kare...