bukan karena aku tidak ingin melihatmu bahagia.
tapi aku terlampau tidak rela jika bukan "aku" yang menghadirkanya untukmu.
mungkin aku iri.
benar saja. sepertinya keresahan kini dapat dengan serta-merta tertawa.
menyapaku diujung beranda, menghadiahi setumpuk ketidak-mampuan-ku.
menghitung dan mengulur satu-persatu kesalahan yang pernah kita perdebatkan.
aku membecinya, keresahan datang hanya untuk "menertawakan".
sedikit kelu saat aku menyadari bahwa kamu disana, mungkin bahagia.
berkelakar memperbincangkan masa depan.
dengan dia yang yang mungkin baru datang dihupmu sebentar saja (?).
aku mencoba untuk mengembangkan senyum.
tetapi mungkinkah aku rela?
ah... mungkin ini hanya tetes rindu yang turun terlambat di februari.
atau mungkin romansa nostalgia yang tiba-tiba hinggap, sementara.
hakikat manusia bukan untuk berkelakar soal seandainya.
tapi.. rasanya aku benci melihatmu bahagia.
karena bisa jadi kau disana, sempurna.
Komentar
Posting Komentar