Langsung ke konten utama

Terkadang Lupa

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYh_V5En2SRQyaXVJIvRmeb7Pnph993EFVxlr-_BxZ3OkWABvFSVxfsfoRsRoEuQfW1piOJOGziusV1SZ1GhI6bzj7DNv0rs5mm18Jdr8RWhSBYGUgO73fk0mUcV-hmZ91mTQbHca8WsCZ/s1600/Puisi+Ibu.jpg


Anak kecil berlari ditengah padang  ilalang yang luas. Sang ibu terlihat sedikit menunduk sembari menyiangi ladangnya yang gersang. Tidak ada padi kali ini karena kemarau yang datang terlalu lama. Bahkan tanpa padi itu sang ibu masih saja menyiangi sawahnya, mencabuti gulma yang bahkan tidak mengganggu tanaman apapun. Sang ibu terlihat sangat khidmat sang ibu terus melakukanya meski saat ini terik. Sang anak masih saja berlari. Menerabas semak sembari mengayunkan ranting  pohon oak yang ia pungut di perjalan ke udara.  Berlari .. berlari.. dan terus berlari sembari mengembangkan tawanya. Hari mulai sore, sang anak berlari terlampau jauh. Fajar sudah mulah menyusup perlahan di ufuk barat. Ia lupa bahwa sang ibu saat ini pastilah mulai mnghawatirkannya.   Sang anak pun memutuskan untuk kembai dan menemui ibunya yang ada ditepian ladang. Sang ibu ternyata belum berpindah. Terpaku pada titik yang sama saat sang ibu memulainya dan masih-saja-menyiangi-gulma. Dia terdiam sejenak, menahan langahnya dan mulai mendekat secara perlahan. Sang anak kini mulai merubah raut wajahnya.  Menatap sang ibu dengan wajah yang cemas dan basah entah oleh-peluh-atau-air-mata  akibat terlalu lama ia berlari dan terlampau sibuk dengan “kebahagianya”. Sang ibu menanti sang anak pulang. Sang ibu menunggu sang anak kembali. Sang ibu sudah cukup bahagia karena telah berhasil menyembunyikan setumpuk permaslahan dalam hidup keluarganya untuk membahagiakan anaknya. sang anak “lupa” itu hal yang lumrah. Tapi sang ibu tak akan pernah lupa caranya menyembunyikan rasa sakit demi kebahagiaan sang anak. Karena sang ibu adalah pembohong yang piawai. Terutama pada dirinya sendiri.  ibu adalah orang yang luar biasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

somos libres siempre solamente por tu vas!

Sei mangkei ranger - Jilid 1  hari ini, ditempat yang sama, saat kita memulai segalanya.. sabagian dari kita kini telah "selesai" melewatinya.. sebagian dari mereka telah berpamitan. melesat menuju takdir masing masing untuk mencoba meraih pengharapan ditempat yang lain.. bagi sebagian dari kita.. mungkin ini adalah titik penghabisan. bagi sebagian lainya mungkin kita masih memiliki alasan untuk bertahan.. dari titik yang sama saya  akan-selalu-tetap-akan mendoakan.. bahwa dengan segala pilihan yang kita ambil maka kita  akan menemukan jawaban.. bagi mereka yang masih bertahan.. semoga kita dikuatkan.. karena hal terpenting untuk teteap bertahan adalah dengan menemukan alasan.. bagi mereka yang masih berjuang maka teteaplah melihat kedepan. mengingat tujuan akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat. dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh setiap harinya.. ya.. hidup ribuan kilometer jauh dari "rumah" bukanlah hal yang mudah. kita tau...

Cerita Awan Biru

awan sirus yang tipis lembut membaur di  langit biru disiang bolong. Angin timur yang yeng bertiup kencang seakan mebentuk guratan-guratan tipis yang melingkar parabol mengikuti arah angin. Butiran uap air itu kini telah jenuh di ketinggian. Hadir dari tanah permukaan, dari daun-daun hijau serabutan, datang dari hilir yang syahdu dan juga hulu yang teduh. Butian uap itu kini telah memadu, dan bergerak bersama dalam keteraturan.  Dalam sebuah tatanan alam yang telah digariskan oleh sang Maha. Awan sirus yang tipis memberi rona yang berbeda di langit luas. Langit yang berwarna biru kini memiliki corak garis tipis mengurat dari sisi timur dan mulai membarat. Awan sirus memberi keteduhan tanpa menghasikan hujan sekaligus membawa tenang saat terik semangat menyapa bumi.   Butiran uap air tidak pernah mempertanyakan mengapa ia harus selalu berpindah seakan tak memiliki rumah. Mereka bahkan tak tahu lahir dari mana. Apakah dari tanah permukaan? Atau merupakan bagian dari ...

Numpak montor sinambi sawan tangis utowo mikul dhawet sinambi rengeng-rengeng

Berlari, maju dan melesat - begitulah kiranya setiap manusia kini berhasrat untuk saling mendahului. Siapa yang lebih cepat bekerja, siapa yang lebih giat berpacu , siapa yang lebih cekatan menangkap peluang maka dialah yang akan maju menjadi pemenang.  Disadari atau tidak dalam setiap dari diri manusia , selalu ada singa bernama ambisi yang rasanya selalu ingin dipuaskan dan  diberi makan. serupa bara api, ambisi haruslah selalu ada dalam diri manusia bukan hanya agar selalu hangat-terang-menyala hidupnya  namun juga agar tidak pandir tingkah lakunya.  ambisi harus ditakar secara jeli agar hidup kita sebagai manusia menjadi seimbang. tidaklah menjadi pribadi yang mabuk akan ambisi dan  berkacamata kuda, atau juga bukan menjadi pribadi yang nerimo in pangdum  saja dimana seakan-akan nasib adalah hadiah Tuhan yang turun begitu saja dari langit.  Hiduplah dengan api-unggun-bernama-ambisi didalam dirimu, dimana di sekelilinya telah terdapat...