Langsung ke konten utama

Melipat jarak

Kecintaan pada Tuhan semestinya dihadirkan secara utuh untuk seluruh ciptaan Nya. Bukan hanya terbatas pada apa yang kita sebagai individu bisa "terima" secara akal nalar atau  "sukai".

Saya meyakini bahwa  segala yang ada di dunia ini hadir  sebagai kebaikan. Namun keterbatasan ilmu,  akal dan logika berpikir manusia lah yang  membuat kita merasa perlu untuk membatasi mana yang disebut hitam dan mana putih. Mana yang dianggap  baik dan mana yang buruk.

Dan saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah menciptakan keburukan. Hanya manusia yang salah "mengelola" atau "tidak tau" apa "fadila" dibalik segala rupa perkara.


"Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)


Ketidaktahuan adalah fitrah manusia.
Sebagaimana kita merasa mengenal atau bahkan merasa dekat  dengan Tuhan. Namun tidaklah mampu akal kita untuk mengetahui secuil-pun sifat sifatNya terkecuali Tuhan sendiri memberitahunya.

Pantaskah kita-sebagai-manusia  tumbuh menjadi makhluk yang congkak dan menghakimi akhlak orang lain?. Bagaimana mungkin manusia yang hadir dalam ketidak-tahuan namun tampil sebagai sebagai hakim yang merasa tahu, mengenal, dekat dengan Tuhan sehingga berhak menilai sesamanya?

Tidaklah manusia mengerti cara Tuhan memainkan bidak caturNya. Dalam keterbatasan dan  ketidaktahuan manusia tidak ada yang boleh (merasa) benar, apalagi menghakimi. Boleh jadi kita merasa dekat. Namun sejatinya jauh. Boleh jadi mereka disebut jauh namun sejatinya mereka telah hadir-penuh-sadar-utuh mencintai Tuhan.

Segala ciptaan Tuhan adalah baik.

Hargailah manusia sebagai insan Tuhan, bukan dengan jalan menilai dalam spektrum kepribadian dan tingkah laku. Karena sesungguhnya manusia adalah mahluk yang tenggelam dalam ketidaktahuan. Segala hal yang datang adalah  atas kehendak Tuhan. Olehkarenanya Menilai sesama manusia bukanlah kewenangan manusia.
Berapa jauhlah kita?


Barangkali memang benar jalan mengenal Tuhan adalah jalan yang panjang dan sunyi. Takperlu mengukur, karena tidak ada jauh ataupun dekat. Cukup aku dan Tuhanku yang tau bagaimana caraku melipat jarak.
Aku yang ingin mencintaiMu tanpa basa basi.
Aku yang ingin mencinatiMu tanpa fafifu

Tentang gambar : pada suatu hari di setasiun Depok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

somos libres siempre solamente por tu vas!

Sei mangkei ranger - Jilid 1  hari ini, ditempat yang sama, saat kita memulai segalanya.. sabagian dari kita kini telah "selesai" melewatinya.. sebagian dari mereka telah berpamitan. melesat menuju takdir masing masing untuk mencoba meraih pengharapan ditempat yang lain.. bagi sebagian dari kita.. mungkin ini adalah titik penghabisan. bagi sebagian lainya mungkin kita masih memiliki alasan untuk bertahan.. dari titik yang sama saya  akan-selalu-tetap-akan mendoakan.. bahwa dengan segala pilihan yang kita ambil maka kita  akan menemukan jawaban.. bagi mereka yang masih bertahan.. semoga kita dikuatkan.. karena hal terpenting untuk teteap bertahan adalah dengan menemukan alasan.. bagi mereka yang masih berjuang maka teteaplah melihat kedepan. mengingat tujuan akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat. dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh setiap harinya.. ya.. hidup ribuan kilometer jauh dari "rumah" bukanlah hal yang mudah. kita tau...

Cerita Awan Biru

awan sirus yang tipis lembut membaur di  langit biru disiang bolong. Angin timur yang yeng bertiup kencang seakan mebentuk guratan-guratan tipis yang melingkar parabol mengikuti arah angin. Butiran uap air itu kini telah jenuh di ketinggian. Hadir dari tanah permukaan, dari daun-daun hijau serabutan, datang dari hilir yang syahdu dan juga hulu yang teduh. Butian uap itu kini telah memadu, dan bergerak bersama dalam keteraturan.  Dalam sebuah tatanan alam yang telah digariskan oleh sang Maha. Awan sirus yang tipis memberi rona yang berbeda di langit luas. Langit yang berwarna biru kini memiliki corak garis tipis mengurat dari sisi timur dan mulai membarat. Awan sirus memberi keteduhan tanpa menghasikan hujan sekaligus membawa tenang saat terik semangat menyapa bumi.   Butiran uap air tidak pernah mempertanyakan mengapa ia harus selalu berpindah seakan tak memiliki rumah. Mereka bahkan tak tahu lahir dari mana. Apakah dari tanah permukaan? Atau merupakan bagian dari ...

Numpak montor sinambi sawan tangis utowo mikul dhawet sinambi rengeng-rengeng

Berlari, maju dan melesat - begitulah kiranya setiap manusia kini berhasrat untuk saling mendahului. Siapa yang lebih cepat bekerja, siapa yang lebih giat berpacu , siapa yang lebih cekatan menangkap peluang maka dialah yang akan maju menjadi pemenang.  Disadari atau tidak dalam setiap dari diri manusia , selalu ada singa bernama ambisi yang rasanya selalu ingin dipuaskan dan  diberi makan. serupa bara api, ambisi haruslah selalu ada dalam diri manusia bukan hanya agar selalu hangat-terang-menyala hidupnya  namun juga agar tidak pandir tingkah lakunya.  ambisi harus ditakar secara jeli agar hidup kita sebagai manusia menjadi seimbang. tidaklah menjadi pribadi yang mabuk akan ambisi dan  berkacamata kuda, atau juga bukan menjadi pribadi yang nerimo in pangdum  saja dimana seakan-akan nasib adalah hadiah Tuhan yang turun begitu saja dari langit.  Hiduplah dengan api-unggun-bernama-ambisi didalam dirimu, dimana di sekelilinya telah terdapat...