Langsung ke konten utama

Hai Kamu!




Hai Kamu, apa kabarmu disana? Masihkah kamu mainkan ujung jarimu sembari sedikit merunduk malu malu ketika bertemu denganku, dulu ?. aku masih ingat caramu menatapku ketika kita bertemu setelah kita menantikan pertemuan itu sekian lama. Mengalihkan pandanganmu sejenak dari pandangan mataku sambil menyapa dengan “hai” yang singkat namun dilanjutkan dengan senyuman yang buatku, mengemaskan.

Hai apa kabarmu sekarang? Masihkah kamu menolak ketika ada seseorang yang mengajakmu makan lotek atau gado gado karena kamu lebih suka memakan sepiring ketoprak ? masihkah kamu suka terlambat seperti biasanya? Masihkah kau suka berpergian mengunakan dengan sepasang flatshoes atau sandal “crocks” ?  membiarkan sedikit tumitmu terlihat dan memberikan kesan kasual pada penampilanmu, yang jujur saja aku suka.

Hai kamu, ingatkah bahwa dulu kita sering memperbincangkan kenestapaan hubungan kita? Betapa sulitnya kita menemukan waktu bersama, perbedaan kalender akademis bedebah yang menyebabkan kita tidak memiliki waktu yang cukup bahkan hanya untuk sekedar duduk dan menikmati segelas minuman dingin.  
Oh iya, apa kau masih saja bingung untuk memilih makan malammu ? hingga pilihanmu hanya berkutat pada dua jenis makanan saja?. Seolah olah setiap malam jika kutanya makan apa, kamu selalu saja menjawab nasi goreng atau ayam goreng. Aku menghawatirkan kesehatanmu.

Hai kamu, aku masih ingat  bagaimana kita dahulu menyempatkan waktu untuk melewatkan tengah malam hanya dengan terdiam dalam telefon?  Ketika kamu jauh disana bahkan akan merengek manja, memintaku untuk tidak menutup telfon karena kamu ingin ditemani. Bahwa kamu jauh disana, takut untuk sendiri.

Hai kamu, masih ingatkah kamu dengan kemaha-tololan kita ketika tersesat di tengah kota. Mengendarai sepeda motor tanpa ada arah dan tujuan ditengah hari yang terik  namun kita menikmatinya ?. ingatkah kamu dulu memintaku untuk mengajakmu jalan berdua, hanya karena kita sebagai pasangan menurut persepsimu tidak sebagaimana semestinya sebagai "pasangan". Jarang jalan berdua untuk bertamasya dan mengukuhkan eksistensi kita bukan sebagai entitas tunggal melainkan sebagai “pasangan”?.

Kamu tau, bahkan aku masih menyimpan kado pertamamu untuku,  aku masih menyimpan surat pertamamu padaku, aku masih menyimpannya rapih, bahkan aku hapal isi dalam surat itu.  hanya kubuka sesekali dan tersenyum ketika menyadari dahulu kita memiliki perasaan yang sama. Memilih untuk saling mengerti dan mencoba memahami satu sama lain. Memilih untuk saling mengingatkan detail detail kecil dalam kehidupan kita, menanyakan hal remeh-temeh dari kehidupan kita. Namun kita menyukainya.

Hai kamu, tau kah kamu bahwa kamu pernah menjadi pusat duniaku? Taukah kamu jika dalam setiap doaku aku pernah selalu mendoakaan hubungan kita? Pernah berharap bahwa kita suatu saat bisa menikamti waktu bersama. Waktu dimana kita tidak lagi disibukan oleh dunia kita masing masing. Waktu ketika aku dengan bisa menyanyikan lagu dari petra sihombing dengan suara sumbangku namun kamu akan tetap tertawa kecil entah karena suaraku sumbang atau karena suka(?).

Namun ternyata kita sama sama terlalu egois untuk saling mengalah dan mau memaklumi. Kita terlalu keras kepala pada pendirian kita yang salah. Kita berdua terlalu malu untuk mengakui bahwa kita salah. ah ternyata kita memang bodoh ya.... atau setidaknya aku sudah pasti bodoh. Memelihara sifat kepala batu ternyata memang sebuah kesalahan yang luar biasa besar. Sebuah kesalahan yang masih aku sesali hingga saat ini.

Hai kamu, maafkan aku, saat kamu jauh disana menjadikanku sebgai prioritas aku justu menjadikanmu sebagai sebuah pilihan. Maafkan aku yang belum menjadikanmu sebagai yang pertama meskipun semestinya kau tau bahwa kamu merupakan  yang utama. Aku belum bisa menjadikanmu yang pertama dari sekian banyak kesibukanku. Meskipun kamu sebenarnya merupakan satu satunya orang yang aku utamakan selain kedua orang tuaku.

 Maafkan aku. Maafkan ketololanku dalam menyianyiakanmu. Maafkan aku karena aku menjadikanmu tidak merasakan keberadaanku. Maafkan aku gagal memberikan setumpuk kebahagiaan dihadapanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

somos libres siempre solamente por tu vas!

Sei mangkei ranger - Jilid 1  hari ini, ditempat yang sama, saat kita memulai segalanya.. sabagian dari kita kini telah "selesai" melewatinya.. sebagian dari mereka telah berpamitan. melesat menuju takdir masing masing untuk mencoba meraih pengharapan ditempat yang lain.. bagi sebagian dari kita.. mungkin ini adalah titik penghabisan. bagi sebagian lainya mungkin kita masih memiliki alasan untuk bertahan.. dari titik yang sama saya  akan-selalu-tetap-akan mendoakan.. bahwa dengan segala pilihan yang kita ambil maka kita  akan menemukan jawaban.. bagi mereka yang masih bertahan.. semoga kita dikuatkan.. karena hal terpenting untuk teteap bertahan adalah dengan menemukan alasan.. bagi mereka yang masih berjuang maka teteaplah melihat kedepan. mengingat tujuan akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat. dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh setiap harinya.. ya.. hidup ribuan kilometer jauh dari "rumah" bukanlah hal yang mudah. kita tau...

Cerita Awan Biru

awan sirus yang tipis lembut membaur di  langit biru disiang bolong. Angin timur yang yeng bertiup kencang seakan mebentuk guratan-guratan tipis yang melingkar parabol mengikuti arah angin. Butiran uap air itu kini telah jenuh di ketinggian. Hadir dari tanah permukaan, dari daun-daun hijau serabutan, datang dari hilir yang syahdu dan juga hulu yang teduh. Butian uap itu kini telah memadu, dan bergerak bersama dalam keteraturan.  Dalam sebuah tatanan alam yang telah digariskan oleh sang Maha. Awan sirus yang tipis memberi rona yang berbeda di langit luas. Langit yang berwarna biru kini memiliki corak garis tipis mengurat dari sisi timur dan mulai membarat. Awan sirus memberi keteduhan tanpa menghasikan hujan sekaligus membawa tenang saat terik semangat menyapa bumi.   Butiran uap air tidak pernah mempertanyakan mengapa ia harus selalu berpindah seakan tak memiliki rumah. Mereka bahkan tak tahu lahir dari mana. Apakah dari tanah permukaan? Atau merupakan bagian dari ...

Numpak montor sinambi sawan tangis utowo mikul dhawet sinambi rengeng-rengeng

Berlari, maju dan melesat - begitulah kiranya setiap manusia kini berhasrat untuk saling mendahului. Siapa yang lebih cepat bekerja, siapa yang lebih giat berpacu , siapa yang lebih cekatan menangkap peluang maka dialah yang akan maju menjadi pemenang.  Disadari atau tidak dalam setiap dari diri manusia , selalu ada singa bernama ambisi yang rasanya selalu ingin dipuaskan dan  diberi makan. serupa bara api, ambisi haruslah selalu ada dalam diri manusia bukan hanya agar selalu hangat-terang-menyala hidupnya  namun juga agar tidak pandir tingkah lakunya.  ambisi harus ditakar secara jeli agar hidup kita sebagai manusia menjadi seimbang. tidaklah menjadi pribadi yang mabuk akan ambisi dan  berkacamata kuda, atau juga bukan menjadi pribadi yang nerimo in pangdum  saja dimana seakan-akan nasib adalah hadiah Tuhan yang turun begitu saja dari langit.  Hiduplah dengan api-unggun-bernama-ambisi didalam dirimu, dimana di sekelilinya telah terdapat...