Langsung ke konten utama

Lampu kuning dan segelas coklat panas :)


4 mei 2013

Djendelo café

 

Matahari mulai bergeser keperaduanya, jogja yang bisisng mulai menyepi dan polusi kini mulai berkurang.

 Sore ini aku telah berdamai dengan diriku sendiri, sore ini aku berusaha memberi apresiasi pada diriku sendiri,  berusaha memberikan “kado” pada segala kerja keras yang talah aku lakukan hambir 4 bulan terahir. Rasa lelah yang sudah dirasakan dan ditahan hampir selama 4 bulan ini sedikit bekurang dan “hilang” besama dengan secangkir coklat panas yang yang menemaniku sepanajang senja hingga tengah malam di djendelo cafe. Ya aku memamng sudah sering mengunjungi tempat ini manghabiskan resah dan merenungkan apa yang aku sudah lakukan selama ini. Semcam evalusi dan introspeksi  pribadi. 

Ditempat ini pula aku membaca dan menyelesaikan  sebuah buku yang menurutku cukup memngugah hidup dan “menyegarkan” semangatku untuk belajar, dan kembali menginagat apa yang sebenarnya menjadi tujuanku berada idsini. Ya.. ratusan kilometer dari rumahku yang hangat untuk menuntut ilmu. Terpisah ratusan kilometer pula dari luapan cinta orang tuaku untuk mencari masasepan yang cerah.  Kawan, pernahkah kau merasakan “lelah” dengan hidup dan rutinitasmu?. Inilah yang sedang aku rasakan hari ini. Aku merasa sanagt lelah. Lelah denagn segala retinitis dan monotomi yang aku alami selama ini. Mungkin memang telalu sering aku mengeluh, tapi inilah yang aku rasakan.

Coklat panas mulai menguap masuk kedalam lambungku. Habis dengan perlahan. Coklat ini cukup menennangkan pikiranku yang sedang kalut hari ini. Lampu bohlam kuning yang menemaniku malam ini turut nenenangkan jiwaku. Cukuplah kesederhanaan ini membuat hidupku menjadi lebih tenang. Seorang teman mengingatkanku untuk kembali menginagtNya.. kembali berpasrah dan “berhenti takut” terhadap masadepan.
coklat panas yang menemaniku menulis :)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

somos libres siempre solamente por tu vas!

Sei mangkei ranger - Jilid 1  hari ini, ditempat yang sama, saat kita memulai segalanya.. sabagian dari kita kini telah "selesai" melewatinya.. sebagian dari mereka telah berpamitan. melesat menuju takdir masing masing untuk mencoba meraih pengharapan ditempat yang lain.. bagi sebagian dari kita.. mungkin ini adalah titik penghabisan. bagi sebagian lainya mungkin kita masih memiliki alasan untuk bertahan.. dari titik yang sama saya  akan-selalu-tetap-akan mendoakan.. bahwa dengan segala pilihan yang kita ambil maka kita  akan menemukan jawaban.. bagi mereka yang masih bertahan.. semoga kita dikuatkan.. karena hal terpenting untuk teteap bertahan adalah dengan menemukan alasan.. bagi mereka yang masih berjuang maka teteaplah melihat kedepan. mengingat tujuan akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat. dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh setiap harinya.. ya.. hidup ribuan kilometer jauh dari "rumah" bukanlah hal yang mudah. kita tau...

Cerita Awan Biru

awan sirus yang tipis lembut membaur di  langit biru disiang bolong. Angin timur yang yeng bertiup kencang seakan mebentuk guratan-guratan tipis yang melingkar parabol mengikuti arah angin. Butiran uap air itu kini telah jenuh di ketinggian. Hadir dari tanah permukaan, dari daun-daun hijau serabutan, datang dari hilir yang syahdu dan juga hulu yang teduh. Butian uap itu kini telah memadu, dan bergerak bersama dalam keteraturan.  Dalam sebuah tatanan alam yang telah digariskan oleh sang Maha. Awan sirus yang tipis memberi rona yang berbeda di langit luas. Langit yang berwarna biru kini memiliki corak garis tipis mengurat dari sisi timur dan mulai membarat. Awan sirus memberi keteduhan tanpa menghasikan hujan sekaligus membawa tenang saat terik semangat menyapa bumi.   Butiran uap air tidak pernah mempertanyakan mengapa ia harus selalu berpindah seakan tak memiliki rumah. Mereka bahkan tak tahu lahir dari mana. Apakah dari tanah permukaan? Atau merupakan bagian dari ...

Numpak montor sinambi sawan tangis utowo mikul dhawet sinambi rengeng-rengeng

Berlari, maju dan melesat - begitulah kiranya setiap manusia kini berhasrat untuk saling mendahului. Siapa yang lebih cepat bekerja, siapa yang lebih giat berpacu , siapa yang lebih cekatan menangkap peluang maka dialah yang akan maju menjadi pemenang.  Disadari atau tidak dalam setiap dari diri manusia , selalu ada singa bernama ambisi yang rasanya selalu ingin dipuaskan dan  diberi makan. serupa bara api, ambisi haruslah selalu ada dalam diri manusia bukan hanya agar selalu hangat-terang-menyala hidupnya  namun juga agar tidak pandir tingkah lakunya.  ambisi harus ditakar secara jeli agar hidup kita sebagai manusia menjadi seimbang. tidaklah menjadi pribadi yang mabuk akan ambisi dan  berkacamata kuda, atau juga bukan menjadi pribadi yang nerimo in pangdum  saja dimana seakan-akan nasib adalah hadiah Tuhan yang turun begitu saja dari langit.  Hiduplah dengan api-unggun-bernama-ambisi didalam dirimu, dimana di sekelilinya telah terdapat...