Kamar Hijau, Yogyakarta
jam menunjukan pukul sebelas siang, panas sekali hari ini..terik dan menguras keringat.. aku berjalan keluar dari kampus dengn sedikit malas.. engggan rasanya aku kembali dari kampus, namun toh sekarang kuliahku pun telah usai... mau apa lagi? ..pulang adalah satu satunya pilihanku saat ini..
angin bertiup malas, debu jalanan selokan mataram mulai menerpa wajahku yang tak tertutup rapat helm.. jalanan begitu padat, hingga menimbulkan macet yang lumayan panjang.. hal yang jarang sekali terjadi di siang bolong seperti ini..mungkin jika hal seperti ini terjadi jam tujuh pagi aku dapat memakluminya... cuaca saat ini sangat terik membakar kulit, rasanya ingin sekali segera sampai dikosan, menutup kamar rapat-rapat dan membaringkan tubuhku diatas kasur... ahh bayangan itu begitu mengodaku.
diujung jalan kulihat sebab kemacetan panjang ini.. ternyata adalah pengalian gorrong gorong kawan... namun dibalik semua ini ada sebuah pemandangan yang mengalihkan perhatianku...sebuah pemandangan yang tidak pernah aku sadari dan aku bayangkan sebelumnya .. aku melihat seorang ibu paruh baya mengangkat ember penuh pasir dari dalam gorong gorong.. ya kawan dia adalah seorang wanita.. lidahku kelu memandangnya.
kawan, pernahkah kau bayangkan seorang ibu yang kutaksir umurnya antara 40-50 tahun masih harus bermandi peluh, mengangkat berember ember pasir dari dalam gorong gorong selokan matarm? ..apalagi ditengah panas matahari seperti saat ini. seketika aku merasa begitu lemah apalagi setelah berbagai keluhan yang aku lontarkan sepanjang jalan dari kampus. kupandang wajah ibu itu cukup lama, kulihat wajah yang lelah namun dia coba tutupi dengan tawa lirih dengan kawan kawan seprofesinya.. ya..namun jelas kulihat rasa lelah diraut wajahnya yang mulai mengeriput.
aku mulai melewati gorong gorong itu.. perlahan lahan.. kutatap wajah ibu itu dan akupun mengangguk pelan sembari melontar senyum tipis...bahkan hingga aku duduk saat ini sembari menatap layar leptop aku masih belum bisa mengerti mengapa ibu itu melakukan pekerjan "kotor" tersebut, mungkin alasanya klise.. ya masalah ekonomi.. tapi apakah dia tidak memiliki suami atau anak? .. atau mari kita ambil skenario terburuk..mungkiin si ibu tersebut telah bercerai / suami beliau telah tiada...bukankah masih ada anaknya? anak macam apa yang tega melihat ibunya bermandi peluh dan membiarkan udara politif masuk terus menerus kedalam paru parunya?.
bagi diriku yang sekarang menjadi anak perantauan .. makna ibu menjadi "lebih" dari sebelumnya.. ya kuakui bahwa saat ini aku memang sedang rindu dengan beliau, Ibuku. kutatap langit langit kamar dengan tatapan kosong.. pikiranku kembali kemasa diamana ibu benar benar utuh dalam setiap aktivitas keseharianku..mengingatkanku makan, membereskan tas yang kuletakan begitusaja diruang tv, merawatku dan mengawatirkaku ketika sakit..jasa beliau yang sangat besar tidak akan pernah bisa aku balas. tapi aku akan mencoba semampu-ku untuk membahagiakanmu. Ibu.
aku rindu. aku ingin membalas budimu..
Kawan, sadarkah kau ketika kau tengah "berlari" dengan segala urusanmu, urusan kampusmu, urusan akademismu, urusan organisasimu....ibumu juga semakin kencang "dikejar" umur.. bahagiakan mereka sebelum kita menyesalinya...
jam menunjukan pukul sebelas siang, panas sekali hari ini..terik dan menguras keringat.. aku berjalan keluar dari kampus dengn sedikit malas.. engggan rasanya aku kembali dari kampus, namun toh sekarang kuliahku pun telah usai... mau apa lagi? ..pulang adalah satu satunya pilihanku saat ini..
angin bertiup malas, debu jalanan selokan mataram mulai menerpa wajahku yang tak tertutup rapat helm.. jalanan begitu padat, hingga menimbulkan macet yang lumayan panjang.. hal yang jarang sekali terjadi di siang bolong seperti ini..mungkin jika hal seperti ini terjadi jam tujuh pagi aku dapat memakluminya... cuaca saat ini sangat terik membakar kulit, rasanya ingin sekali segera sampai dikosan, menutup kamar rapat-rapat dan membaringkan tubuhku diatas kasur... ahh bayangan itu begitu mengodaku.
diujung jalan kulihat sebab kemacetan panjang ini.. ternyata adalah pengalian gorrong gorong kawan... namun dibalik semua ini ada sebuah pemandangan yang mengalihkan perhatianku...sebuah pemandangan yang tidak pernah aku sadari dan aku bayangkan sebelumnya .. aku melihat seorang ibu paruh baya mengangkat ember penuh pasir dari dalam gorong gorong.. ya kawan dia adalah seorang wanita.. lidahku kelu memandangnya.
kawan, pernahkah kau bayangkan seorang ibu yang kutaksir umurnya antara 40-50 tahun masih harus bermandi peluh, mengangkat berember ember pasir dari dalam gorong gorong selokan matarm? ..apalagi ditengah panas matahari seperti saat ini. seketika aku merasa begitu lemah apalagi setelah berbagai keluhan yang aku lontarkan sepanjang jalan dari kampus. kupandang wajah ibu itu cukup lama, kulihat wajah yang lelah namun dia coba tutupi dengan tawa lirih dengan kawan kawan seprofesinya.. ya..namun jelas kulihat rasa lelah diraut wajahnya yang mulai mengeriput.
aku mulai melewati gorong gorong itu.. perlahan lahan.. kutatap wajah ibu itu dan akupun mengangguk pelan sembari melontar senyum tipis...bahkan hingga aku duduk saat ini sembari menatap layar leptop aku masih belum bisa mengerti mengapa ibu itu melakukan pekerjan "kotor" tersebut, mungkin alasanya klise.. ya masalah ekonomi.. tapi apakah dia tidak memiliki suami atau anak? .. atau mari kita ambil skenario terburuk..mungkiin si ibu tersebut telah bercerai / suami beliau telah tiada...bukankah masih ada anaknya? anak macam apa yang tega melihat ibunya bermandi peluh dan membiarkan udara politif masuk terus menerus kedalam paru parunya?.
bagi diriku yang sekarang menjadi anak perantauan .. makna ibu menjadi "lebih" dari sebelumnya.. ya kuakui bahwa saat ini aku memang sedang rindu dengan beliau, Ibuku. kutatap langit langit kamar dengan tatapan kosong.. pikiranku kembali kemasa diamana ibu benar benar utuh dalam setiap aktivitas keseharianku..mengingatkanku makan, membereskan tas yang kuletakan begitusaja diruang tv, merawatku dan mengawatirkaku ketika sakit..jasa beliau yang sangat besar tidak akan pernah bisa aku balas. tapi aku akan mencoba semampu-ku untuk membahagiakanmu. Ibu.
aku rindu. aku ingin membalas budimu..
Kawan, sadarkah kau ketika kau tengah "berlari" dengan segala urusanmu, urusan kampusmu, urusan akademismu, urusan organisasimu....ibumu juga semakin kencang "dikejar" umur.. bahagiakan mereka sebelum kita menyesalinya...
“The only love that I really believe in is a mother’s love for her children.”
― Karl Lagerfeld
Komentar
Posting Komentar