Ruang Putih sejuk,
perpustakan teknik
bulaksumur, yogyakarta
hari ini tanggal 16
oktober 2013, hari ini tepat setelah lebaran kurban, minggu kemarin kuhabiskan
hampir empat hari di kampung kelahiranku. hangatnya keluarga dan sejuknya
suasana rumah begitu melegakan hati.. sedikit perasaan itu rasanya masih
tertinggal hinga sekarang. kawan akan kubagi sedikit cerita ...
senin 15 oktober 2013.
aku masih tergolek lemas dikamrku. rasa lelah akibat timbunan asam laktat
sisa perjalan tadi malam rasanya belum hilang. pegal rasanya....tak
cukup itu saja tidurku pun semalam tersiksa oleh tarikan otot-otot yang tanpa
ampun menyerang pungung hingga kakiku... hingga pukul 11 aku masih
tengkurap lemas dibalik bantal.
kupaksakan untuk
bangun .. kuambil air wudlu dan menyegarkan pikiranku. siang ini kuputuskan
untuk menengok sekolahku dulu.. berusaha bernostalgia dan mengenang 3 tahun
terbaik dalam hidupku.. masa putih abu abu.
ada perasaan sedikit berat
ketika aku memasuki gedung tua sekolahku, SMA N 2 Purwokerto. cat abu
muda dengan balutan garis hijau menyambutku ketika kulangkahkan masuk kedalam
koridor tua yang tidak banyak berubah. hanya tampak sedikit lebih rapi daripada
2 tahun lampau. hari ini memang bukanlah kali pertama aku kembali ke kesekolah
ini..tapi entah mengapa rasanya berbeda kawan... karena hanya kali ini aku bisa
bebas keluar-masuk kelas yang barusaja ditinggalkan oleh para
pencari ilmu.....ya.. para penuntut masadepan.
kakiku memasuki ruangan yang paling kunikmati ketika masa SMAku dulu.
ruang mathematics 1. bukan karena aku suka dan jago
matematika, akan tetapi karena diruangan ini pikiranku terbuka.. ruangan ini
dahulu digunakan Bp basuki guru matematikaku saat kelas 3. beliau telah
membukakan pikiranku.. beliau menjadi salah satu orang yang mampu merubah arah
pemikiranku... beliau adalah sosok murah senyum yang dengan sabar mengajar
muridnya..menuntun dan sesekali melepas siswanya agar menjadi lebih
mandiri... aku duduk dibangku yang sering kutempati dahulu.. bangku nomer tiga
dari depan di pojok kanan kelas.
pak basuki mengajarkan
kami tentang "keberanian bermimpi" dan beliau memiki
pemikiran yang berbeda dari guru guru sejawatnya.. jika sebagian besar guru
mengajarkan kami untuk fokus pada UNAS namun beliau justru mengiring kami untuk
mampu mengejar SNMPTN ..belau yakin bahwa untuk hnya sekedar lulus ..kami pasti
bisa. kala itu aku yakin optimisme beliau bukanlah sebuah pemikiran tanpa
alasan.
kulihat dibagian belakang
kelas itu ada sesuatu yang berbeda..ada sesuatu yang tak biasa kawan ...kulihat
kertas kertas bergaris khas anak SMA bertempelan di dinding belakang kelas.
seketika kusadari bahwa itu adalah butiran mimpi anak anak..butiran mimpi dari
mereka yang telah berani memvisualisasikan mimpi-mimpi mereka kawan... hal
seperti ini tidak pernah ada pada zaman SMAku dulu. .. aku kembli tersenyum...
ternyata visioner itu kini telah melakukanya lagi...melakukan dobrakan
dobrakan besar dalam upaya melawan sistem pembelajaran konvensional di SMAku.
kulihat beberpa cita
cita yang sanagt mulia... cita cita mereka tidak hanya soal materi dan harta
..cita cita mereka tidak hanya berorientasi soal jabatan ataupun kekuasaan
...kulihat cita cita mulia disana...cita cita yang mugkin jarang sekali
diimpikan oleh kebanyakan orang saat ini seperti menjadi hafiz
Qur'an, menjadi Khatijah dalam keluarga, guru mengaji dan bahkan menjadi
guru besar. aku bangga dengan mereka.
kawan sadarkah kalian,
impian impian semacam itu mungkin tidak pernah adalagi di dalam benak
kita..dibenak para mahasiswa... semenjak lulus dari masa abu abu, kita semua
secara resmi menambah gelar MAHA didepan gelar sebelumnya sebagi seorang SISWA.
kata MAHA adalah sesuatu yang luar bisa...agung... dan amat sangat ... namun
demikian seakan akan "kita" saat ini justru semakin
"biasa". idealisme-idealisme dalam pola pemikiran kita tidak lagi
ada. cita cita luhur untuk berbakti mungkin kini telah dimakan habis oleh
rasionalitas. ya aku sadar saat ini rasionalitas telah mengilas ideaisme kita
dan mengkerdilkan mental mahasiswa. aku sadari saat ini mungkin mahasiwa
(setidaknya dikampusku) memang menjadi lebih baik dari sisi akdemis bila
dibandingkan mahasiswa era reformasi yang lebih senang bermain otot dan
urat syaraf untuk beradu argumen politik. akan tetapi mereka saat ini justru
kehilangan "mimpi besar" mereka dan mulai mudah mengeluh dan berotak
bebal..... aku juga tidak mungkir bahwa mungkin aku menjadi bagian dari
"mahasiswa" pada umumnya....tapi setidaknya aku masih ingin dan akan
terus berusaha. aku masih ingin menjadi SISWA.. menjadi anak- anak yang berani
bermimi besar , idealis dan tidak menjadi korban rasionalitas !.
"there is only one thing that makes a dream imposible to achive: the fear of failure"
-Paulo Coelho, The Alchemist
Komentar
Posting Komentar