kamar hijau, Yogyakarta
hari ini kubuat cahaya kuningku sendiri, kupadamkan lampu
putih kamarku dan nyalakan sebuah bohlam
merk"dop" 5 watt yang lama kusimpan dalam laci untuk mengusir
gelap. pintu juga amsih rapat kututup, enggan rasanya mendegar suara bising
diluar sana.. sebuah musik dari "lagu dangdut" yang entah sudah
berapa kali di re-play ..beberapa hari terakhir oleh rekanku di kamar sebelah.
suasanay kamarpun kini makin nyaman dengn lagu-lagu akustik dari banda neira
yang mengalun lirih dan perlahan. ya, ketenangan itu kini kudapatkan.
aku ingin bercerita mengenai sebuah kebiasaan yang sudah
lama sekali tak kulakukan. sebuah kebiasaan yang mungkin tak banyak orang
lakukan dalam hidup mereka..melihat senja.. kawan, entah mengapa aku mencintai
aktivitas ini.. aku mnikmati ketika horizon langit berubah menjadi kuning
perlahan mengiringi matahari kembali keperaduan. duduk termenung dan hanya
menatap... ya hanya menatap.. melihat proses alam yang sebenarnya terjadi rutin
setiap hari namun selalu menawarkan hal yang baru, rasa yang baru dan sensasi
yang baru.
“Setiap hari ada senja, tapi tidak setiap senja adalah senja
keemasan, dan setiap senja keemasan itu tidaklah selalu sama….
Aku selalu membayangkan ada sebuah Negeri Senja, dimana
langit selalu merah keemas-emasan dan setiap orang di negeri itu lalu lalang
dalam siluet.
Dalam bayanganku Negeri Senja itu tak pernah mengalami
malam, tak pernah mengalami pagi dan tak pernah mengalami siang.
Senja adalah abadi di Negeri Senja, matahari selalu dalam
keadaan merah membara dan siap terbenam tapi tak pernah terbenam, sehingga
seluruh dinding gedung, tembok gang, dan kaca-kaca jendela berkilat selalu
kemerah-merahan.
Orang-orang bisa terus-menerus berada di pantai
selama-lamanya, dan orang-orang bisa terus-menerus minum kopi sambil memandang
langit semburat yang keemas-emasan. Kebahagiaan terus-menerus bertebaran di
Negeri Senja seolah-olah tidak akan pernah berubah lagi….”
― Seno Gumira, Jazz, Parfume dan insiden
Terakhir kali kutemui senja adalah ketika aku mengayuh
sepedaku 640 m di atas permukaan laut, didesa ketenger, baturaden.
sendiri, kukayuh sepedaku mendaki bukit yang tinggi itu..sendiri, kuhirup udara
segar khas pedesaan... sendiri, kubasuh badanku dalam butiran keringat yang
menetes perlahan di seluruh tubuhku... senja itu begitu indah... senja itu
begitu menenangkan ..senja itu.... aku rindu..
ini adalah salah satu view terbaik yang pernah aku dapatkan
gambar ini diambil di candi gedong songo, ungaran :)
Komentar
Posting Komentar